Berjalan dari kuta square kembali ke tempat kuparkir mobil melewati sebuah coffe shop yang terletak di sudut suatu hotel berbintang. Ada seorang gadis berwajah biasa-biasa saja tapi seperti turis jepang, berambut pirang disemir dan kulitnya kecoklatan terbakar sinar matahari, duduk sendiri, mukanya seperti sedang kebingungan, badannya gelisah dibalik tank-top kuning. Ketika menyilangkan kaki jenjangnya, sekilas cd-nya nampak dibalik rok jeans mini biru. massage dan waxing. Aku bilang kebetulan tempatku di Seminyak pula, punya jacuzzi pribadi yang bisa massage dan akupun bisa melakukan waxing. Jadi ini rencana Tuhan kita berjumpa dan bertatap mata: punya tujuan yang sama.
Belum setengah hari, aku mendapat "rejeki" dua kali. Pikiranku membayangkan thong biru muda. Aku tidak menyadari saat itu ia pun sedang menatapku yang sedang menjelalati sesuatu diantara selangkangannya. Aku kaget campur malu ketika kemudian kami saling bertatap mata. Namun entah mengapa sorot matanya seperti menghipnotisku untuk menyeberangi jalan, datang menghampirinya. Di hadapannya, aku hanya bertatap mata tanpa kata-kata yang mampu keluar dari bibirku. "I'm so sorry..." ucapanku setelah 1-2 menit berlalu. "You're so sweet , so hot so my words is burning..." gombalku kemudian. Ia tersenyum lalu menyahut "Ngga apa-apa toh 'mas..". Loh, kupikir turis jepang, tahunya turis jawa. Ha ha ha. Yah kepalang tanggung, kami berkenalan dan aku menyempatkan diri untuk menemaninya dan menawarkan bantuan apa yang bisa kubantu. Namanya Sitta. Cocok dengan sinar matanya yang menyita perhatianku, selain thong biru muda dibalik rok mini-nya tentunya. Ternyata ia sedang menunggu seorang teman, janjinya jumpa jam sembilan pagi, tapi sekarang sudah hampir jam sebelas siang, temannya itu belum tiba dan telponnya tidak aktif. Ia dijanjikan temannya untuk spa bareng di daerah Seminyak. Rencananya sih mau di-
Sitta mengiyakan ajakanku. Kami berkendara bersama melewati jalan legian yang padat dan cerah menuju ke tempatku. Setengah jam kemudian kami sudah berada di dalam apartemenku. Kupersilakan Sitta untuk bersantai sambil menuangkan segelas wine sebagai minuman selamat datang. Sementara aku mempersiapkan jacuzzi dan peralatan waxing (gillette, foam cukur rambut dan baby oil saja sih, he he), Sitta tampak rileks. Dengan santai ia mencopot tank-top dan melorotkan rok jeans mini-nya. Aku tertegun setengah berteriak "Yah..?!" Maksudku yah koq celana dalamnya ternyata berwarna hitam, mini jenis tanga, bukan thong. Sitta ternganga juga, karena tidak mengerti maksudku. Aku jelaskan bahwa sepertinya tadi waktu di caffe shop, aku tidak sengaja melihatnya mengenakan celana dalam thong biru muda. Tiba-tiba Sitta yang kaget. Masih cuma mengenakan celana dalam hitam, ia berjalan ke sudut ruangan, mengambil tas-nya lalu tangannya meraih sesuatu... thong bermotif warna biru muda - putih!
Sementara Sitta mencopot celana dalamnya, menggantinya dengan thong biru muda itu aku pun ikutan mencopot seluruh pakaianku lalu mengenakan celana renang model thong berwarna ungu. Sitta menurut saja ketika kugandeng memasuki jacuzzi untuk berendam-massage bersama. Gelembung air hangat terasa lembut memijat pantat dan tubuh kami, membuat Sitta horny karena ia nggak sadar mendesah berkali-kali sebagai bentuk ekspresi natural menikmati pijatan gelembung air hangat di jacuzzi. Sensasi ketatnya thong yang kukenakan, pijatan riak gelembung air hangat, sensasi visual lekuk tubuh bahenol Sitta dengan thong biru mudanya, juga tindik pusarnya. Aku ngaceng. Mungkin jadi sensasi visual buat Sitta, kejantananku mengeras, kepalanya menyembul keluar ke atas. Thong-ku tak kuasa menahan pembesaran alami penisku itu. Tiba-tiba Sitta berdiri, masih di dalam jacuzzi, mengajakku ikut berdiri. Dengan menahan malu aku berdiri, karena kepala kontolku menongol dibalik thong-ku itu. Sitta menatapku sambil melorotkan celana dalamku, lalu bertelut dan meng-oral ku.... dan matanya terus saja tajam menusuk mata gairahku, meminta... Beberapa menit berlalu nikmat jilat, kemut dan betot-annya atas penisku, Sitta kubimbing berdiri berhadapan. Aku bermaksud menyetubuhinya tapi ada rambut kemaluannya yang menyembul keluar dari balik thong-nya, sehingga niatku itu kutunda, mengajaknya untuk di-waxing terlebih dahulu. Maka kemudian kurapikan jembutnya hingga segaris saja vertikal diatas vaginanya. Lalu sesuai janjiku pagi tadi, ku-oleskan baby oil di sekujur tubuhnya, kemudian memijat tubuhnya dengan lembut. Sitta terasa rileks dan enjoy sekali dengan pijatanku. Dari posisi terlentang, ia membalikkan tubuhnya menelungkup. Masih mengenakan thong, kupijat-pijat area punggung, pantat dan selangkangannya. Niko kembali menegang. Kutuangkan baby oil lagi agak banyak membasahi pantatnya. Kemudian ku-congkel belakang thong-nya, siap sodok. Sitta tampak pasrah dan "mengerti". Tapi kaget juga dia saat dua jemariku menusuk-nusuk lubang pantatnya. Sitta melenguh, aku bertelut di atas kakinya untuk menahan posisinya yang telungkup dan setengah memaksa pelan-pelan kepala kontolku menyodok anusnya........
Pikiranku berkecamuk apakah ia belum pernah melakukan ini? Tapi kepalaku yang bawah tetap saja terus berupaya memasuk lubang pantatnya itu, pelan tapi pasti. Sitta menegang. Aku memerintahkannya untuk rileks sambil terus saja menggejotnya perlahan-lahan. Beberapa saat berlalu lama-kelamaan Sitta mulai pasrah, malah terdengar desahan keluar dari bibirnya menikmati sodokan dianalnya itu. Buatku enaknya bukan karena sodokannya. Sitta paras juga body-nya biasa saja. Yah karena baru aja, dan tampil menggoda. Banteng jangan dikasih liat thong, nanti nyeruduk pantat! Lebih kepada kepuasan psikologis, merasa berkuasa, gagah gitu.
Maka tatkala Sitta sudah mulai menikmati permainan gaya pertama itu, aku cabut. Tak terduga ia langsung bangkit lalu bertelut dihadapan kontolku yang masih menegang lalu dengan kasar membetot biji pelirku, mengocok batang dan menghisap kepala serta leher kontolku. Ah, aksi balas-dendam'kah. Gantian aku yang mendesah sekarang, kaget nikmat sedikit perih bercampur menjadi satu. Lalu kugiring Sitta kembali ke atas tempat tidur, namun kali ini malah dia yang menindihku berhadapan, mencoba memasukkan penisku ke lubang pantatnya, tapi gagal, melejit terus. Maka ia berbalik membelakangiku, dan mencobanya kembali. Kali ini analnya bisa menancap kontolku lalu bokongnya mulai menggenjot dengan kedua tangannya bertumpu di atas dadaku. Sangga mustika sitta.
Baru dua gaya tapi aku sudah bosan, mengingat nanti sore sudah ada janji dengan Ani, maka kubilang pada Sitta kalau aku dalam dua jam lagi akan berangkat kembali ke Jakarta, untuk menyudahi permainan kami. Sitta bersikeras ingin membuatku keluar. Sekarang kembali meng-oral-ku, namun sebentar ia mengambil hand-phone-ku, menyetel video-cam-nya dan memberikannya kepadaku agar aku merekam wajahnya yang tengah meng-oral-ku dan memintaku segera menyemprotkan air mani ke wajahnya untuk kemudian ditelannya. Aku berdebar-debar dilematis antara menahan bindu atau membiarkannya keluar nikmat tapi setelah itu lemas? Beruntung aku berlatih fitness dan yoga mahatmani selama seminggu penuh sehingga aku dapat 'mengatur' ejakulasiku. Tapi rasanya kurang seru kalau aku keluar karena sitta yang meminta. Maka kusudahi oral-annya dan menunggingkan badannya lalu menyodok analnya lagi dengan kasar. Gaya gagah maha-mustika. Perasaan sebal-sebal kenyal menghasilkan kepenuhan mani di kepala kontolku. Segera kucabut. Sitta mengerti segera meng-oralku kembali sambil matanya terus menatapku yang tengah merekam tingkahnya itu.... Aku menarik kontolku dari dalam mulutnya. Crett, satu semburan di wajahnya dan segera kujepit pangkal batangku dengan dua jemari supaya crett...crettt semburan kedua di mulut dan yang ketiga
di lidahnya selanjutnya kepala kontolku kembali dihisap Sitta untuk menelan semua sisanya yang keluar. Kuhitung total tujuh semburan yang meluncur kemudian bisa 'di-rem' supaya tidak semuanya keluar. Kalau mau dihabiskan biasanya bisa sampai sepuluh bahkan belasan denyutan. Sayang kalau dituntaskan semua, mengingat nanti sorenya aku harus 'bagi energi' buat Ani yang justru jadi tujuan awalku. Lumayan deh sebagai 'lunch-break'nya Sitta. Ha ha...
Setelah selesai, kami makan siang bersama lalu ku-drop sitta ke tempat semula kami bertemu. Waktu sudah hampir jam empat sore saat kami berpisah.
No comments:
Post a Comment