
Ia sedang asik meregangkan tangannya yang kencang menggunakan butterfly - mesin fitness untuk mengencangkan otot dada - wow dadanya besar, saya duga ukuran cup D minimal C. Wanita Asia, jadi kemungkinan besar dada hasil operasi, tapi mana peduli ah, justru saya dan banyak kaum lelaki merasa diberkati dengan penampilan wanita seperti itu. Aku mendekati berdiri di sampingnya seolah hendak menggunakan alat itu juga. Ia melirik kepadaku tersenyum tipis sambil terus meneruskan putaran set-nya. 20 x 3 set kuhitung dalam hati. Chit-chat dengan bahasa Inggris yang payah, she is vietnamese, and she is a proffesional personal-trainer ! Pantes body-nya kenceng bener. Cocok dah. Jadilah saya bisa pedekate keinginan menggunakan jasa personal-trainer sambil menawarkan diri jadi tour-guide untuknya selama jalan-jalan di Bali. Kebetulan ia juga masih sendiri dan baru selesai pekerjaannya (sesi pemotretan untuk satu majalah fitness). Jadilah kami mengobrol seputar fitness dan kesehatan serta janji'an untuk fitness dan jalan-jalan bareng kemudian....

Kepala bawah belum bisa selaras dengan kepala atas. Yang ada situasi itu bisa-bisa kepala bawah yang ambil inisiatif untuk menggiring kepala atas merangcang sesuatu yang pleasurable. Cinta sulit untuk di-katakan sementara gairah - libido - mudah dirasa dan untuk diwujudkan. Pusingnya adalah bagaimana supaya selaras antara kehendak kepala atas-bawah dengan kehendak Yenni juga? Ada seberkas keraguan menyelimuti. Walau bagaimanapun bitchy-nya wanita ya tetap wanita yang lebih mengedepankan perasaan - cinta - daripada napsu belaka. Laki-laki jantan mestinya mesti kuat mental untuk menggombal diatas segala ketulusan cinta-nya sekalipun. Bilamana itu memang benar cinta, maka disebutlah sebagai seorang pria yang romantis! Lalu apa korelasinya - pengetahuan ini - dengan DISIPLIN? Kembali kepada tujuan dasar-nya. Cinta atau nafsu? Bagaimana apakah bisa di-sublimasi gelora nafsu menjadi gairah cinta? Bisakah....???
Sebagai seorang profesional personal-trainer, mungkin Yeyen bisa menularkan sedikit mental disiplin-nya. Paling tidak dalam berlatih raga. Hmmm.. mungkin bisa juga berlatih mendisiplinkan libido? Idea ini saya bicarakan santai dengannya di sela-sela leyeh-leyeh di kolam renang. Wajah Yeyen tampak antusias dengan maksudku itu. Mungkin juga ia memendam gairah tapi cukup berhasil untuk menutupinya. So what next? Sepasang insan manusia yang attractive dengan berbusana minim tengah berbincang mengenai disiplin, sport dan libido....
Kami bersepakat. Kami membuat rencana. Bukan atas dasar cinta, cinta belum bersemi, entah nanti bersemi atau tidak. Ini atas motif libido dan profesionalisme. Aku blak-blak-an saja menyatakan thong-fettish , addicted to anal-sex, eager to feed her with my cum. Yeyen nggak terkejut dan tenang-tenang saja mendengar pernyataanku itu. Profesional dan pengalaman sepertinya, atau mungkin dia pun menikmati itu semua? Yeyen tidak mengatakan apapun perihal apa 'kecanduan'nya selain membuat tantangan : selama seminggu berada di Bali, ia bersedia routine anal-sex asalkan saya routine fitness sesuai arahannya. Tidak boleh ejakulasi mulai besok hari senin, selama senin-jumat. Boleh 'keluar' pada hari sabtu dan minggu saja. Andai 'keluar' pada hari senin-jumat, saya harus bersedia ditindik a_la Prince Albert ( http://en.wikipedia.org/wiki/Prince_albert_piercing ) dengan piercing model gembok, plus membayar denda USD 33,333! Wah bakal menjadi seminggu yang seru nih....!
No comments:
Post a Comment